TENGKU AMIR HAMZAH SANG RAJA PENYAIR

Penyair dan Pahlawanan Nasional Asal Langkat, Tengku Amir Hamzah

Penyair dan Pahlawanan Nasional Asal Langkat, Tengku Amir Hamzah

Di lahirkan pada 28 Februari 1911 di Tanjung Pura, ibukota Kerajaan Kesultanan Langkat, darah bangsawan Melayu mengalir di dalam diri Tengku Amir Hamzah. Meskipun merupakan keturunan bangsawan terhormat pada masanya, namun dalam diri seorang Tengku Amir Hamzah adalah pribadi yang bersahaja, relijius, dan cinta pada persatuan Indonesia.

Sebagai keluarga dari kerabat Sultan, Amir pun dapat meraih pendidikan tinggi yang pada masa penjajahan tidak semua orang dalam meraihnya. Amir sempat bersekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), setingkat SMP di Medan, lalu pindah melanjutkan pendidikannya MULO di Jakarta. Setelah lulus MULO Amir masuk ke AMS (Algemeene Middelbare School) sederajat SMA di Solo, dan kembali lagi ke Jakarta melanjutkan (Recht Hogeschool), Sekolah Tinggi Hukum. Di tengah masa perantauanya di Jawa, Amir kehilangan kedua orangtua yang dicintainya. Pertama ia kehilangan sang ibunda, lalu menyusul ayahandanya ketika Amir menempuh studi Recht Hogeschool. Hingga biaya pendidikan Amir pun ditanggung oleh pamannya.

Bersama rekan sesama orang Sumatera lain yaitu Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane, mereka mendirikan sebuah penerbitan majalah bernama Poedjangga Baroe, yang tujuannya adalah memberikan dorongan terhadap terbentuknya kebudayaan Indonesia baru, baik dalam hal budaya maupun sastra. Tengku Amir Hamzah sendiri terlibat dalam bidang sastra khususnya puisi. Dari sinilah namanya semakin dikenal sebagai seorang penyair hebat dalam sejarah modren kesusasteraan Indonesia.

Tengku Amir Hamzah adalah penyair dalam makna sesungguhnya. Ia memiliki pribadi yang halus, santun serta romantis. Itulah mengapa oleh kritikus sastra Indonesia H.B Jassin, Tengku Amir Hamzah dianggap sebagai seorang Raja Penyair Poedjangga Baroe, karena ketekunan dan konsistensi Amir dalam bidang kepenyairan. Dua buku karya puisinya yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), masih terus menjadi bahan kajian kesusasteraan Indonesia.

Selain di bidang sastra, Tengku Amir Hamzah adalah seorang nasionalis Indonesia yang turut dalam pergerakan melawan bangsa penjajah. Keterlibatannya dalam gerakan perlawan bermula setelah ia melanjutkan studi di Jawa. Bahkan ketika para pemuda Indonesia bersatu melaksanakan Kongres Pemuda tahun 1928, Amir Hamzah adalah orang yang pertama kali memperkenalkan Peci kepada Bung Karno. Peci adalah songkok kepala khas lelaki Melayu. Namun, karena keterlibatannya yang semakin dalam di pergerakan pemuda, menyebabkan pamannya yang merupakan Sultan Langkat, memanggil Amir kembali ke Langkat dan menikahkannya dengan putri sultan. Amir pun kemudian diangkat menjadi seorang residen (setingkat wakil kepala daerah) yang berkedudukan di Binjai, yang masuk dalam wilayah Kesultanan Langkat.

Ketika terjadi Revolusi Sosial 1946 di Sumatera Timur, yang digerakan oleh kelompok aktifis Komunis dan Sosialis yang anti terhadap kelompok Feodalis (kerajaan/kesultanan) dan berserta kerabatanya, karena tuduhan telah menyengsarakan rakyat dan memeras rakyat yang mengakibatkan kesusahan atas diri mereka. Maka terjadilah tindakan huru-hara dengan menculik para keluarga dan kerabat kesultanan. Amir sendiri yang merupakan residen tidak berlari sembunyi menghadapi penculikan tersebut, hal ini karena keyakinan dalam diri Amir bahwa ia adalah seorang nasionalis sejati dan cinta tanah air Indonesia. Itu telah ia buktikan sejak ikut pergerakan pemuda di Jawa. Meskipun pada akhirnya Amir diculik dan dibawa ke Perkebunan Kuala Begumit, bersama para tawanan dan kerabat kesultanan Amir dibunuh secara keji oleh sesama kaum sebangsa yang ia cintai. Revolusi memakan daging anaknya sendiri.

Pusara Tengku Amir Hamzah di Komplek Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat

Pusara Tengku Amir Hamzah di Komplek Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat

Atas jasa-jasanya dalam pembangunan kesusasteraan Indonesia, dan perjuangannya terhadap penjajah yang telah digelutinya di pergerakan pemuda, akhirnya Amir mendapat pengakuan dari pemerintah dan mengangkatnya sebagai salah satu pahlawan nasional. Kini pusara Sang Raja Penyair dan Pahlawan Nasional itu, tenang di sebelah Masjid Azizi di Tanjung Pura. Di sebelah masjid itu juga terdapat sebuah museum yang mengumpul koleksi karya sang penyair.

Berikut ini adalah kumpulan puisi Tengku Amir Hamzah yang terkumpul dari dua buku karyanya Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu.

Kumpulan puisi dalam buku Nyanyi Sunyi (1937)

Sunyi itu duka

Sunyi itu kudus

Sunyi itu lupa

Sunyi itu lampus

PADAMU JUA

 Habis kikis

Segela cintaku hilang terbang

Pulang kembali padamu

Seperti dulu

Kaulah kendil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Satu kekasihku

Aku manusia

Rindu rasa

Rindu rupa

Di mana engkau

Rupa tiada

Suara sayup

Hanya kata mengkai hati

Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar

Sayang berulang padamu jua

Engkau pelik menarik ingin

Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu – bukan giliranku

Mati hari – bukan kawanku…

HANYA SATU

 Timbul niat dalam kalbumu:

Terban hujan, ungkai badai

Terendam karam

Runtuh ripuk tamanmu rampak

Manusia kecil lintang pukang

Lari terbang jatuh duduk

Air naik tetap terus

Tumbang bungkat pokok purba

Teriak riuh dendam terbelam

Dalam gegap gempita guruh

Kilai kilat membelah gelap

Lidah api menjulang tinggi

Terapung naik jung bertudung

Tempat berteduh nuh kekasihmu

Bebas lepas lelang lapang

Di tengah gelisah, swara sentosa

Bersemayam sempana di jemala gembala

Juriat jelita bapaku iberahim

Keturunan intan dua cahaya

Pancaran putera berlainan bunda

Kini kami bertikai pangkai

Di antara dua, mana mutiara

Jauhari ahli lali menilai

Lengah langsung melewat abad

HANYUT AKU

Hanyut aku, kekasihku!

Hanyut aku!

Ulurkan tanganmu, tolong aku.

Sunyinya sekelilingku!

Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati, tiada air

Menolak ngelak.

Dahagakan kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku sebabkan

diammu.

Langit menyerkap, air berlepas tangan, aku tenggelam.

Tenggelam dalam malam.

Air di atas mendidih keras.

Bumi di bawah menolak ke atas.

Mati aku, kekasihku, mati aku!

Sunting sanggul melayah rendah

                 Sekali sajak seni sedih

Kumpulan puisi dalam buku Buah Rindu (1941)

Remukkan rindu

Redamkan duka

Rentapkan sendu

       Hari kelana

 

 

KENANG-KENANGAN

 Tambak beriak intan terberai

Kemuncak bambu tunduk melambai

Maskumambang mengisak sampai

Merenangkan mata Kesuma Teratai

Senyap sentosa sebagai sendu

Tunjung melampung merangkum kupu

Hanya bintang cemerlang-mengambang

Di awang terbentang sepanjang pandang

Dalam sunyi kudus mulia

Murka kanda di bibir kesumba

Undung dinda melindung kita

Heran kanda menakjubkan jiwa

Dinda berbisik rapat di telinga

Lengan melengkung memangku kepala

Putus-putus sekata dua:

“Kunang-kunang mengintai kita”…

MALAM

 Daun bergamit berpaling muka

Mengambang tenang di laut cahaya

Tunduk mengurai surai terurai

Kelapa lampai melambai bidai

Nyala pelita menguntum melati

Gelanggang sinar mengembang lemah

Angin mengusap menyayang pipi

Balik-berbalik menyerah-nyerah

Air mengalir mengilau-sinau

Riak bergulung pecah-memecah

Nagasari keluar meninjau

Membanding purnama di langit cerah

Lepas rangkum pandan wangi

Terserak harum pemuja rama

Hinggap mendakap kupu berahi

Berbuai-buai terlayang lena

Adikku sayang berpangku guring

Rambutmu tuan kusut melipu

Aduh bahagia bunga kemuning

Diri dihimpit kucupan rindu

TINGGALLAH

 Tinggallah tuan, tinggallah bonda

Tanah airku Sumatera raya

Anakda berangkat ke pulau Jawa

Memungut bunga suntingan kepala

Pantai Cermin rumu melambai

Selamat tinggal pada anakda

Rasakan iu serta handai

Mengantarkan beta ke pangkalan kita

Telah lenyap pokok segala

Bondaku tuan duduk berselimut

Di balik cindai awan angkasa

Jauh hatipun konon datang meliput

Selat Melaka ombaknya memecah

Memukul kapal pembawa beta

Rasakan swara yang maha ramah

Melengahkan anakda janganlah duka

Layang-layang terbang berlomba-lomba

Menuju pulau kunjunjung tinggi

Dalam hatiku kujadikan duka

Menyampaikan pesan katan hati

Selamat tinggal bondaku Perca

Panjag umur kita bersua

Gobahan cempaka anakda bawa

Jadikan gelang di kaki bonda

Gelang Cempaka pujaan Dewa

Anakda peetik di tanah Jawa

Akan Bonda penambah cahaya

Akan Ibu penambah mulya.

KUSANGKA

 Kusangka cempaka kembang setangkai

Rupanya melur telah diseri…

Hatiku remuk mengenang ini

Wasangka dan was-was silih berganti

Kuharap cempaka baharu kembang

Belum tahu sinar matahari…

Rupanya terati patah kelopak

Dihinggapi kumbang berpuluh kali

Kupohonkan cempaka

Harum mula terserak……

Melati yang ada

Pandai tergelak…..

Mimpiku seroja terapung di paya

Teratai putih awan angkasa….

Rupanya mawar mengandung lumpur

Kaca piring bunga renungan…..

Igauanku subuh, impianku malam

Kuntum cempaka putih berseri…

Kulihat kumbang keliling berlagu

Kelopakmu terbuka menerima cembu

Kusangka hauri berudung lingkup

Bulumata menyangga panah Asmara

Rupanya merpati jangan dipetik

Kalau dipetik menguku segera.

Ke bawah peduka Indonesia-raya

Ke bawah lebu Ibu-ratu

Ke bawah kaki Sendari-dewi

WRESTLING IN BUKIT LAWANG

Ukiran Duka Cita Bencana Banjir Bandang Bukit Lawang 2003

Ukiran Duka Cita Bencana Banjir Bandang Bukit Lawang 2003

Visitlangkat – Sekitar 100 kilomoter dari Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, tepatnya di kecamatan Bahorok, kabupaten Langkat, Sumatera Utara, terdapat sebuah tempat penangkaran bernama Bukit Lawang yang melindungi hewan asli Indonesia yaitu Orang Utan. Orang Utan yang terdapat di Bukit Lawang ini dilindungi keberadaanya di dalam kawasan hutan lindung Tanam Nasional Gunung Leuser, yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang membentang di sepanjang pulau Sumatera.

Bukit Lawang merupakan salah satu lokasi objek wisata alam yang wajib dikunjungi di Sumatera Utara. Bukit Lawang menjadi satu-satunya tempat penangkaran Orang Utan di Sumatera Utara, bahkan pulau Sumatera. Pada musim liburan banyak warga lokal Sumatera Utara yang menghabiskan masa liburnya dengan berkunjung ke Bukit Lawang, menikmati udara pegunungan yang segar, bermain air sungai yang mengalir jernih dari Gunung Leuser, serta menikmati petualangan di dalam hutan untuk mencari keberadaan Orang Utan. Daya tarik dari Bukit Lawang inilah yang membuat banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara, untuk melihat langsung keberadaan lebih 35.000 Orang Utan, dan spesies lain seperti monyet, harimau, babi hutan, burung, yang hidup liar di dalam hutan yang seluas 2 juta hektar lebih.

Pada tahun 2003 tepatnya tanggal 2 November, Bukit Lawang mendapatkan sorotan dari media nasional dan luar negeri. Hal ini dikarenakan terjadinya banjir bandang yang disebabkan pembalakan liar di hutan Taman Nasional Gunung Leuser, dan bencana banjir bandang ini memakan korban sebanyak 300 jiwa lebih. Kerusakan yang disebabkan oleh banjir bandang ini sempat membuat objek wisata Bukit Lawang menjadi sepi, dan banyak sarana dan fasilitas yang rusak. Namun, setelah dilakukanya pemulihan terhadap objek wisata Bukit Lawang selama hampir dua tahun, saat ini Bukit Lawang tampil lebih indah dan bagus serta semakin banyak menawarkan fantasi eksotisme alam.

Objek wisata Bukit Lawang sangat jauh dari Medan, dan untuk mencapai ke lokasi tujuan yang berada di kecamatan Bahorok ini, Anda bisa menempuhnya dengan menyewa sebuah mobil, atau jika ingin berhemat ala backpacker transportasi umum menjadi altenatif paling murah. Untuk ke Bukit Lawang, paling mudah adalah dari terminal terpadu Pinang Baris di kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan. Di terminal Pinang Baris banyak transportasi langsung yang menuju ke Bukit Lawang seperti, bus PS (Pembangunan Semesta) tujuan Medan – Bahorok (Bukit Lawang), atau mobil L300 dengan tujuan yang sama. Untuk tarif bus PS biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 35.000, sementara tarif mobil L300 lebih mahal karena lebih cepat sampai. Atau jika Anda mempunyai seorang kenalan yang tinggal di Medan dan sekitarnya (terutama daerah Binjai dan Langkat), maka perjalanan Anda lebih seru dengan menggunakan sepeda motor.

Sesampainya di Bukit Lawang banyak kegiatan yang bisa dilakukan seperti;

  1. Bermandi air sungai yang jernih (pada musim kemarau) yang mengalir dari Gunung Leuser. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh wisatawan lokal pada hari libur, terutama libur sekolah.
  2. Berkunjung ke Gua Kelelawar tempat penangkaran kelelawar.
  3. Memberi makan Orang Utan, (sehari bisa dilakukan pada dua kali yaitu jam 10 pagi dan 4 sore).
  4. Trekking di dalam hutan mencari keberadaan Orang Utan, kegiatan trekking di dalam hutan ini bisa dilakukan hanya sehari, ataupun bisa sampai 3 hari 3 malam dan menginap di tengah hutan pada pos yang telah disediakan oleh pengelola. Di akhir kegiatan trekking ini Anda bisa berarum jeram untuk kembali ke bawah. Untuk melakukan kegiatan ini sebaiknya Anda dipandu oleh Dinas Kehutaan sebagai pengelola resmi, Anda akan dipandu dan mendapat permit. Banyak juga pemuda lokal yang bekerja menawarkan jasa sebagai pemandu trekking di hutan, tapi Anda harus membayar permit tersendiri.
  5. Atau jika Anda ingin menikmati suasana pinggir sungai dan bermalam di penginapan dengan bagian belakang kamarnya hutan, banyak tersedia di sana yang dikelola oleh warga sekitar dengan harga yang bervariasi.

 

Maka, jika Anda berencana untuk berkunjung ke Sumatera Utara, masukan objek wisata alam Bukit Lawang menjadi salah satu tujuan wisata Anda di Sumuatera Utara. Karena pengalaman trekking di tengah hutan sambil mencari keberadaan Orang Utan akan sulit Anda temukan di daerah lainnya selain di Bukit Lawang.

Biaya Pengeluaran ke Objek Wisata Bukit Lawang

  1. Bus PS seharga Rp 35.000 untuk tiket sekali jalan, atau harga sewa mobil bisa mencapai Rp 500.000 – 800.000 per harinya.
  2. Tiket masuk objek wisata termaksud parkir kendaraan Rp 10.000 untuk motor, Rp 20.000 untuk mobil.
  3. Jasa pemandu trekking Rp 120.000+20.000 permit/orang, per grup trekking minimal 6 orang. Atau jika Anda sendiri, Anda bisa ikut rombongan dari Polisi Hutan yang melakukan trekking pada jam 9 pagi dan 2 Siang.
  4. Harga penginapan bervariasi, saran Saya carilah penginapan sampai ke bagian atas karena banyak tempat yang murah dan pemandangan yang lebih bagus. Tempat Saya menginap adalah di Border Jungle Hotel (penginapan paling ujung/atas yang berbatas dengan garis hutan lindung), biayanya Rp 120.000/malam.
Aliran Air Sungai dari Pegunungan Leuser Bukit Barisan

Aliran Air Sungai dari Pegunungan Leuser Bukit Barisan

Aliran Sungai Pada Musim Kemarau Berwarna Hijau

Aliran Sungai Pada Musim Kemarau Berwarna Hijau

Bersama Para Guide Trekking di Hutan Bukit Lawang

Bersama Para Guide Trekking di Hutan Bukit Lawang

Menemukan Orangutan di Tengah Hutan

Menemukan Orangutan di Tengah Hutan

Hotel RockStone at Bukit Lawang

Hotel RockStone at Bukit Lawang

Taman Hotel RockStone Bukit Lawang

Taman Hotel RockStone Bukit Lawang

Hotel di RockStone Bukit Lawang

Hotel di RockStone Bukit Lawang

Border Junggle Hotel Bukit Lawang

Border Jungle Hotel Bukit Lawang

 

Kamar Hotel Border Jungle Bukit Lawang

Kamar Hotel Border Jungle Bukit Lawang

KAMPUNG ISLAM BESILAM LANGKAT

Pintu Gerbang Masuk Kampung Babussalam

Pintu Gerbang Masuk Kampung Babussalam

Kampung Islam Besilam atau juga dikenal Babussalam, terletak di kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Letak kampung Besilam ini berjarak sekitar 75 kilometer dari kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara. Sejarah berdirinya kampung Besilam ini sangat erat dengan keberadaan Kesultanan Langkat, di mana sang pendiri kampung Besilam ini adalah guru atau ulama agama Islam bagi kerabat kesultanan dan juga masyarakat Langkat pada waktu itu.
Kampung Basilam atau Babussalam ini didirkan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan (1811-1926), seorang penganut Tarekat Naqsabandiyah yang telah memperdalam ilmu agama di tanah jarizah Arab. Sekembalinya ke tanah kelahiran Indonesia, Syehk Abdul Wahab Rokan mengajarkan ilmu Tarekat Naqsabandiyah kepada para murid dan pengikutnya. Pada saat itu Sultan Musa, sultan pertama Langkat, yang menurut kabarnya bersepupu dengan Syekh Abdul Wahab Rokan, dan memberikan beliau sebidang tanah untuk Syekh Abdul Wahab Rokan agar mendirikan sebuah perkampungan Islam, mengingat kesultanan Langkat yang beretnis Melayu memeluk agama Islam begitupun juga masyarakat Melayu pada umumnya. Karena banyak masyarakat yang menganut dan mengamalkan ajaran Syekh Abdul Wahab Rokan, maka saat itu Syekh Abdul Wahab Rokan pun dijuluki gelar oleh para pengikutnya dengan sebutan Tuan Guru Babussalam yang berarti guru keselamatan, maka kampung yang ditempati oleh Tuan Guru Babussalam dinamai dengan Babussalam atau Besilam.
Setelah wafatnya sang Tuan Guru Babussalam Syekh Abdul Wahab Rokan pada hari Jumat 27 Desember 1926, ajaran Tarikat Naqsabandiyah yang diajarkannya kepada para murid dan pengikutnya masih terus diamalkan oleh para murid yang menggantikan peran Syekh Abdul Wahab Rokan sebagai penyiar Islam di tanah Langkat. Maka setelah wafatnya Syekh Abdul Wahab Rokan, kampung Besilam memiliki Tuan Guru Babussalam atau Tuan Guru Besilam lainnya yang terus mengajarkan ajaran Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan dan mendirikan syiar Islam. Begitupun setelah Tuan Guru lainnya wafat, maka akan ditunjuk Tuan Guru lainnya sebagai pemimpin umat.
Keadaan kampung Besilam sangat tenang, berada jauh dari pusat keramaian, dan hanya dikelilingi oleh perkebunan karet dan sawit, membuat kampung ini sangat baik untuk melakukan tarekat dan mendekatkan diri kepada Allah. Sebuah pesantren pun berdiri kokoh di tengah kampung, selain itu terdapat dua buah masjid, satu masjid yang menjadi makam bagi Syekh Abdul Wahab Rokan dan satunya merupakan masjid yang digunakan oleh santri dan warga kampung untuk beribadah. Sementara masyarakat yang tinggal di wilayah Babussalam pun sehari-harinya sangat menjunjung tinggi agama dan norma
Setiap tahunnya ada sebuah hajatan besar yang bernama HUL atau Hari Ulang Tahun untuk mengenang Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan. Pada peringatan HUL ini para jemaah yang berasal di sekitar pesisir pantai timur Sumatera (propinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi), bahkan para jemaah yang datang dari luar negeri juga banyak seperti dari Malaysia, Singapura, Brunei, sampai beberapa negara Asia, berdatangan ke kampung Besilam untuk turut bertarekat. Selain pada HUL tersebut setiap harinya kampung Besilam ini selalu ramai dikunjungi oleh para pejiarah dan jemaah yang datang untuk bertemu dengan Tuan Guru Babussalam. Tidak hanya masyarakat biasa saja yang ramai berjiarah dan mendalami agama ke kampung Besilam ini, bahkan para pejabat dan tokoh masyarakat yang ingin mendapatkan keinginannya dalam hal tertentu seperti posisi publik, datang menemui Tuan Guru Babussalam untuk meminta restu dan doa. Tokoh nasional seperti mantan wakil presiden Jusuf Kalla pernah berkunjung ke kampung Besilam, termaksud juga mantan Panglima TNI Wiranto.
Menuju ke kampung Besilam ini lebih muda dengan menggunakan kendaraan pribadi. Sementara untuk kendaraan umum adalah dengan menggunakan tersedia jika dari Medan adalah bis Pembangunan Semesta (PS) tujuan dari Pinang Baris (Medan) – Pangkalan Berandan. Berhenti sebelum sungai Tanjung Pura, tempat biasa bis menurunkan penumpang, dari situ perjalanan selanjutnya bisa menggunakan RBT atau ojek.
Berikut di bawah ini gambar keadaan wilayah Kampung Islam Babussalam.

Tulisan Peringatan Wajib Berbusana Muslim di Babussalam

Tulisan Peringatan Wajib Berbusana Muslim di Babussalam

Makam Masjid Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan

Makam Masjid Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan

Gambar Masjid Utama Babussalam

Gambar Masjid Utama Babussalam

Gambar Dalam Majid Utama Babussalam

Gambar Dalam Majid Utama Babussalam

Dalam Masjid Babussalam

Dalam Masjid Babussalam

Dalam Masjid Utama Babussalam

Dalam Masjid Utama Babussalam

Suasana Kampung Babussalam

Suasana Kampung Babussalam

Rumah Warga Etnis Melayu Langkat

Rumah Warga Etnis Melayu Langkat

Suasana Kampung Babussalam

Suasana Kampung Babussalam